CERITA
ULUR-ULUR
Berkah kehidupan yang diterima manusia patut untuk selalu
disyukuri. Kebanyakan orang mengimplementasikan rasa syukur itu dengan
mengeluarkan sebagian hasil yang di dapat dari usaha mereka. Ini yang dilakukan
oleh masyarakat pemanfaat sumber mata air yang berasal dari Telaga Buret.
Seperti yang saya tuliskan pada artikel saya sebelumnya bahwa masyarakat
melaksanakan upacara Ulur-ulur di Telaga sebagai bentuk implementasi dari rasa
syukur itu. Di babak yang kali ini saya akan mencoba menuliskan sedikit cerita
mengenai munculnya upacara adat Ulur-ulur yang saya kumpulkan dari berbagai
sumber.
Konon cerita, Ki Demang Glagah Wangen adalah seorang
pemimpin yang sangat bijaksana. Beliau melayani masyarakatnya dengan sepenuh
hati. Apapun yang beliau perbuat adalah semata-mata hanya untuk kemajuan
Kademangan Glagah Wangen dan kesejahteraan warganya. Tapi di suatu saat,
Kademangan Glagah Wangen mengalami musibah yang cukup membuat seluruh warga
resah. Mereka beberapa kali mengalami gagal panen secara beruntun, hama tanaman
datang dengan jumlah yang sangat luar biasa sehingga para petani sangat
kwalahan untuk mengatasinya. Peristiwa ini disebut dengan istilah pagebluk.
Ini membuat Ki Demang harus berupaya keras untuk mengatasi permasalahan yang
ada di Kademangannya.
Karena hal tersebut, maka Ki Demang bertapa untuk beberapa
waktu demi menemukan solusi untuk menjawab segala persoalan tersebut. Alhasil
di dalam pertapaannya Ki Demang mendapatkan jawaban dari persoalan di
Kademangannya. Kademangan Glagah Wangen mengalami pagebluk dikarenakan Jaka Sedana
dan Dewi Sri meninggalkan daerah itu dan pergi ke Kerajaan Cempa. Untuk
memulihkan kondisi Kademangan dari malapetaka itu mereka harus menemui Jaka
Sedana dan Dewi Sri untuk diajak kembali ke Kademangan.
Setelah Ki Demang kembali dari pertapaanya beliau mengumumkan
kepada warganya tentang apa yang sesungguhnya yang terjadi di daerahnya. Dan karena
itu beliau segera memerintahkan beberapa utusannya untuk mendatangi Kerajaan
Cempa dan memohon kepada Jaka Sedana beserta Dewi Sri untuk bersedia kembali ke
Kademangan Glagah Wangen. Tanpa menunggu lama, para utusan itu langsung
bergegas pergi ke Kerajaan Cempa. Dan sesampainya di sana, kedatangan mereka
disambut dengan sangat baik oleh Raja. Setelah mereka menyampaikan maksud dan
tujuan dari kedatang mereka di Kerajaan itu, Raja menanggapinya dan
menyampaikan beberapa persyaratan agar Jaka Sedana dan Dewi Sri mau diajak
kembali ke Glagah Wangen. Keduanya meminta agar waktu pulang diiringi dengan
Kidang Kencana Tlapak Waja dan Gajah Putih. Setelah mengetahi persyaratan itu
para utusan segera pulang dan menyampaikannya kepada Ki Demang. Tanpa banyak
komentar Ki Demang pun bersedia untuk menuruti persyaratan tersebut. Maka
kembalilah Jaka Sedana beserta Dewi Sri ke Kademangan Glagah wangen.
Cerita ini belum selesi, kawan… Mau tau????
Nantikan lanjutan
cerita berikutnya dan selalu kunjungi blog kami.
PERTANYAAN DAN KOMENTAR ANDA ADALAH KEHARMONISAN BAGI KAMI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar