Sabtu, 11 Februari 2012

CERITA  ULUR-ULUR


Berkah kehidupan yang diterima manusia patut untuk selalu disyukuri. Kebanyakan orang mengimplementasikan rasa syukur itu dengan mengeluarkan sebagian hasil yang di dapat dari usaha mereka. Ini yang dilakukan oleh masyarakat pemanfaat sumber mata air yang berasal dari Telaga Buret. Seperti yang saya tuliskan pada artikel saya sebelumnya bahwa masyarakat melaksanakan upacara Ulur-ulur di Telaga sebagai bentuk implementasi dari rasa syukur itu. Di babak yang kali ini saya akan mencoba menuliskan sedikit cerita mengenai munculnya upacara adat Ulur-ulur yang saya kumpulkan dari berbagai sumber.

Konon cerita, Ki Demang Glagah Wangen adalah seorang pemimpin yang sangat bijaksana. Beliau melayani masyarakatnya dengan sepenuh hati. Apapun yang beliau perbuat adalah semata-mata hanya untuk kemajuan Kademangan Glagah Wangen dan kesejahteraan warganya. Tapi di suatu saat, Kademangan Glagah Wangen mengalami musibah yang cukup membuat seluruh warga resah. Mereka beberapa kali mengalami gagal panen secara beruntun, hama tanaman datang dengan jumlah yang sangat luar biasa sehingga para petani sangat kwalahan untuk mengatasinya. Peristiwa ini disebut dengan istilah pagebluk. Ini membuat Ki Demang harus berupaya keras untuk mengatasi permasalahan yang ada di Kademangannya.

Karena hal tersebut, maka Ki Demang bertapa untuk beberapa waktu demi menemukan solusi untuk menjawab segala persoalan tersebut. Alhasil di dalam pertapaannya Ki Demang mendapatkan jawaban dari persoalan di Kademangannya. Kademangan Glagah Wangen mengalami pagebluk dikarenakan Jaka Sedana dan Dewi Sri meninggalkan daerah itu dan pergi ke Kerajaan Cempa. Untuk memulihkan kondisi Kademangan dari malapetaka itu mereka harus menemui Jaka Sedana dan Dewi Sri untuk diajak kembali ke Kademangan.

Setelah Ki Demang kembali dari pertapaanya beliau mengumumkan kepada warganya tentang apa yang sesungguhnya yang terjadi di daerahnya. Dan karena itu beliau segera memerintahkan beberapa utusannya untuk mendatangi Kerajaan Cempa dan memohon kepada Jaka Sedana beserta Dewi Sri untuk bersedia kembali ke Kademangan Glagah Wangen. Tanpa menunggu lama, para utusan itu langsung bergegas pergi ke Kerajaan Cempa. Dan sesampainya di sana, kedatangan mereka disambut dengan sangat baik oleh Raja. Setelah mereka menyampaikan maksud dan tujuan dari kedatang mereka di Kerajaan itu, Raja menanggapinya dan menyampaikan beberapa persyaratan agar Jaka Sedana dan Dewi Sri mau diajak kembali ke Glagah Wangen. Keduanya meminta agar waktu pulang diiringi dengan Kidang Kencana Tlapak Waja dan Gajah Putih. Setelah mengetahi persyaratan itu para utusan segera pulang dan menyampaikannya kepada Ki Demang. Tanpa banyak komentar Ki Demang pun bersedia untuk menuruti persyaratan tersebut. Maka kembalilah Jaka Sedana beserta Dewi Sri ke Kademangan Glagah wangen.

Cerita ini belum selesi, kawan… Mau tau????
Nantikan lanjutan cerita berikutnya dan selalu kunjungi blog kami.
PERTANYAAN DAN KOMENTAR ANDA ADALAH KEHARMONISAN BAGI KAMI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar